Senin, 12 November 2012

SIKAP DAN PERILAKU ORANG BERIMAN

Orang beriman adalah orang yang memiliki landasan hidup yang kukuh dan benar, yakni landasan hidup yang berdasarkan wahyu Allah SWT. Dengan landasan hidup tersebut orang beriman memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan manusia lain. Hidup manusia yang tidak dilandasi iman, tak ubahnya seperti kehidupan hewan ternak, yang hanya makan, minum, bekerja, tidur, dan beranak. Sebaliknya, dengan landasan iman, hidup manusia akan terarah, sesuai dengan yang dihekendaki penciptanya, yakni Allah SWT.
1. Taqwa kepada Allah SWT
Taqwa kepada Allah berarti menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Taqwa juga berarti berhati-hati dalam hidup, yakin menjaga diri dari semua aturan yang diberikan Allah sebagai penciptanya. Taqwa kepada Allah menjadi kewajiban setiap muslim.
Firman Allah
يأَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْااتَّقُوْااللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّمَنْ لِغَدٍِج وَاَتَّقُوْااللهَقلى اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَاتَعْمَلُوْنَ (الحشر:18)
“Hai orang-orang yang beriman, taqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat). Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al Hasyr: 18)
يأَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْااتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ (ال عمران: 102)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali engkau mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali ‘Imran: 102)
Memperhatikan apa-apa yang telah dikerjakan untuk hari esok berarti mengadakan evaluasi kerja dan mengadakan perencanaan kerja di masa-masa yang akan datang. Hari esok ada dua macam, yakni hari esok yang dekat (di dunia ini) dan hari esok yang jauh (di akherat kelak)
2. Berbuat baik kepada kedua orang tua
Orang tua (ayah dan ibu) adalah orang yang menjadi perantara hidup manusia di dunia. Islam memberi tuntunan bahwa setiap anak wajib berbuat baik kepada kedua orang tuanya, walaupun berbeda agama dengan dirinya sendiri.
Firman Allah:
وَاعْبُدُوْاللهَ وَلاَتُشْرِكُوْابِه شَيْئًا وَبِالْوَالِدِيْنِ اِحْسَانًا (النسائ:36)
“Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukannya-Nya dengan sesuatu apapun dan berbuat ihsanlah (baiklah) kepada kedua orang tua (Ibu bapak0 mu…” (Q.S An – Nissa: 36)
Islam tidak memberi batasan tentang berbuat baik kepada orang tua. Hal ini diserahkan kepada kebijakan manusia (anak) Sesuai dengan Kondisi masing-masing orang tuanya. Islam hanya memberi batasan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua tidak boleh melanggar hak-hak Allah, misalnya dengan cara menyekutukan-Nya.
Apabila kedua orang tua mengajak berbuat maksiat kepada Allah (misalnya menyekutukan-Nya) maka anak tidak boleh mengikuti ajakan tersebut, namun tetap berikap baik kepadanya.
Firman Allah SWT:
وَاِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى اَنْ تُشْرِكَ بِى مَالَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَافِىالدُّنْيَا مَعْرُوْفًا
“Dan jika keduanya memaksa kamu untuk mempersekutukan dengan Aku, sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik …” (QS. Luqman: 15).
Di samping wajib berbuat baik, kita dilarang untuk menyakiti hati kedua orang tua, sebagaimana firman-Nya.
…. اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَاَحَدُهُمَاأَوْكِلاَ هُمَافَلاَ تَقُلْ لَّهُمَاأُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْ هُمَاوَقُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا (الاسرائ: 23)
“……jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah” dan janganlah kamu membentuk mereka dengan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia:. (QS. Al Israa’: 23)
Apabila kedua orang tua belum Islam, hendaklah dido’akan agar mendapat petunjuk dari Allah sehingga mau masuk Islam. Jika keduanya telah meninggal, hendaklah dido’akan agar mendapat ampunan di sisi-Nya, misalnya dengan lafal do’a:
رَبَّنَااغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ ( ابراهيم : 41)
“Ya Rab kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. (QS. Ibrahim: 41)
3. Berbuat baik kepada sesama manusia
Kewajiban berbuat baik kepada sesama manusia telah ditegaskan Allah dalam firman-Nya sebagai berikut:
وَاعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُوْابِه شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَبِذِى اْلقُرْبى وَالْيَتمى وَاْلمَسكِيْنِ وَالْجَارِذِى الْقُرْبى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيْلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالاً فَخُوْرًا ( النساء: 36)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua (ibu bapak), karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, Ibnu Sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Niosaa’: 36)
Selanjutnya Rasulullah SAW. Melarang kepada muslim untuk meremehkan, menyakiti hati dan sebagainya. Sabda Rasulullah SAW.
اَلْمُسْلِمُ اَخُوالْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهَ وَلاَيَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ التَّقْوى هَاهُنَا وَيُشِيْرُ اِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ اَنْ يَحْقِرَاَخَاهُ اْلمُسْلِمَ كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ (رواه مسام )
“(Seorang) muslim adalah saudara bagi muslim (lain), tidak boleh (seseorang) menganiyaya dia, tidak boleh mengecewakan dia, tidak boleh menghinakan dia, Taqwa ada di sini! Dan beliau memberikan isyarat ke dadanya tiga kali sambil bersabda: “Cukup jahat apabila seseorang menghina saudaranya (muslim yang lain). Tiap Muslim terhadap Muslim (yang lain) haram darahnya, harta, dan kehormatannya”. (HR. Muslim)
BERFIKIR POSITIF (QONA’AH)
1. Pengertian:
Rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki sehingga jauh dari sifat kurang yang berlebihan. Orang qona’ah giat bekerja atau berusaha dan bila hasilnya kurang memuaskan, rela menerima dengan syukur kepada Allah. Hikmah qona’ah adalah symbol rasa tentram dalam hidup, sehingga terhindar dari sifat serakah dan tamak.
H.R. Muslim: “Beruntung orang Islam, rezekinya cukup; dan merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah kepadanya”.
Q.S Hud 6: “Dan tidaklah binatang yang melatapun di bumi, kecuali ditentukan rizkinya oleh Allah”.
Jadi dengan demikian orang yang qona’ah adalah yakin akan ketentuan Allah SWT. Pengertian harfiah dan qona’ah adalah menerima cukup/menerima secara puas, apa adanya. Sedang pengertian secara istilah adalah:
a. Menerima dengan rela apa adanya
b. Menerima dengan sabar apa adanya
c. Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas, dan berusaha
d. Bertawakal kepada Allah
e. Tidak tertarik oleh tipu daya manusia
2. Qona’ah dalam kehidupan
a. Pengendalian hidup sehingga tidak turut dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam keserakahan
b. Qona’ah berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator dalam hidup
1. Berfungsi sebagai stabilisator
- Berlapang dada dalam situasi dan Kondisi apapun
- Berhati tentram
- Merasa kaya dan berkecukupan dalam hidup sederhana
- Bebas dari keserakahan, karena kekayaan atau kemiskinan terletak pada hati bukan terletak pada harta yang dimiliki
2. Berfungsi sebagai dinamisator artinya qona’ah merupakan kekuatan bathin yang selalu mendorong seseorang untuk meraih kemajuan hidup, berdasarkan kemandirian dan tetap bergantung kepada karunia Allah SWT.
Berkenaan dengan cara hidup qona’ah, marilah kita simak nasehat Nabi SAW kepada hakim sahabat beliau yang segala permohonannya selalu diluluskan, tetapi kali berikutnya Nabi menasehatinya.
يَاحَكِيْمٌ اِنَّ هدَالْمَالَ خُضْرٌ خُلْقٌ, فَمَنْ أَخَدَ هُ بِسَحَاوَةٍ نَفْسٍ بُوْرِكَ لَهُ فِيْهِ فَمَنْ أَخَدَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يَبَارِكْ لَهُ فِيْهِ وَكَانَ كَالَّدِيْ يَأكُلُ وَلاَ يَشْبَعْ وَاْليَدُاْلعُلْيَاخَيْرٌ مِنَ اْليَدِ السُّفْلَ
Artinya: “Wahai hakim sesungguhnya harta itu indah dan manis, barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang lapang dan ikhlas niscaya berkah baginya, akan tetapi barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang tamak atau rakus, pasti harta itu tidak berkah baginya. Bagaikan orang yang makan yang tidak pernah kenyang-kenyangnya ketahuilah bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
Oleh karena itu qona’ah adalah merupakan sikap hati dan mental yang memilikinya diperlukan latihan dan kesabaran. Bila qona’ah dimiliki oleh seseorang niscaya kebahagiaan dunia akan dinikmati dan kebahagiaan akhirat akan tercapai. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Thabrani:
اَلْقَنَاعَةُ كَنْزٌ لاَيَفْنى
Artinya: “Qona’ah itu adalah simpanan yang tak akan pernah lenyap”
Manfaat qona’ah dalam kehidupan:
a. Bagi kehidupan pribadi:
1. Percaya akan kekuasaan Allah SWT
2. Sabar dalam menerima ketentuan Allah SWT
3. Bersyukur bila dipinjami nikmat Allah SWT
4. Berusaha bekerja, berikhtiar dan berdo’a serta tawakal
b. Bagi kehidupan masyarakat:
1. Mengajak tidak membanggakan diri dengan kekayaan sebab akan menimbulkan kecemburuan sosial
2. Membina rasa puas dengan nikmat yang dikaruniakan Allah SWT
3. Menjauhkan sifat rakus dan tamak, hingga akan terhindar dari kehendak untuk mengambil hak orang lain
Dengan demikian, qona’ah adalah salah satu sikap terpuji yang harus dimiliki oleh setiap orang muslim, yaitu sikap rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki serta menjauhkan diri dari sikap tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan
Orang yang qona’ah adalah orang yang selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia tetap bersikap positif yaitu rela menerima apa yang dihasilkannya dengan penuh rasa syukur dan lapang dada.
Qona’ah berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator hidup seorang muslim. Dengan qona’ah seorang muslim akan bersikap positif terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepadanya, akan terhindar dari sifat-sifat tercela, serakah dan putus asa, serta akan memiliki semangat hidup untuk meraih kemajuan berdasarkan kemampuan diri dan kemandirian.
AKHLAKUL MADZMUMAH
A. Hasud
1. Pengertian Hasud
Hasud berarti membangkitkan hati seseorang supaya marah (melawan, memberontak, dan sebaginya). dalam bahasa Arab disebut hasad yang berarti dengki, sebagai wujud dan akibat rasa iri. Dengan demikian Hasud sama dengan hasad. Orang yang suka berbuat Hasud disebut provokator. Sudah pasti sifat ini amat tercela, baik dalam pandangan Allah maupun sesama manusia.
2. Hasud adalah penyakit masyarakat
Hasutan yang disebarkan oleh provokator sering menimbulkan gangguan dalam kehidupan masyarakat. Perbuatan anarkis yang berupa pengrusakan toko, rumah dan tempat ibadah bahkan juga pembunuhan. Oleh karena sebab itu, jelaslah kiranya Hasud merupakan penyakit dalam kehidupan bermasyarakat, karena menimbulkan kerusakan dan kerugian yang tidak sedikit jumlahnya. Selain merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, hasud juga berakibat buruk bagi pelakunya sendiri.
اِيَّا كُمْ وَاْلحَسَدَ فَإِنَّ اْلحَسَدَ يَأْ كُلُ اْلحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ اْلحَطَبَ (رواه أبوداود)
“Jagalah dirimu semua dari sifat dengki, karena kedengkian merusak kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud)
B. Ria
1. Pengertian Ria
Ria adalah pamer, yakni berbuat baik dengan maksud ingin memperoleh pujian orang lain. Hal ini tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Islam mendidik umatnya agar melakukan amal baik secara ikhlas, yakin karena Allah. Semata – mata Yang dimaksud karena Allah semata-mata ialah:
a. Melakukan amal baik karena ingin memperoleh ridha Allah SWT
b. Melakukan amal baik karena mentaati perintah Allah SWT
Amal baik yang dilakukan dengan maksud tidak seperti di atas, dinyatakan tidak memperoleh pahala
Rasulullah SAW bersabda:
أِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوى …. رواه البخارى
“Sesungguhnya amal-amal itu harus dengan niat dan sesungguhnya setiap (amal) seseorang tergantung kepada niatnya…..” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Ria Merusak amal baik
Allah SWT berfirman:
يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْالاِتُبْطِلُوْا صَدَ قَتِكُمْ بِالْمَنِّ وَاْلأَذى كَالّذِيْ يُنْفِقُ مَالَه رِئَاءَ النَّاسِ وَلاَ يُؤْ مِنُ بِااللهِ وَاْليَوْمِ اْلأَخِرِ قلى فَمَثَلُه كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَ كَهُ صَلْدًا قلى لاَيَقْدِرُوْنَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوْا قلى وَاللهُ لاَيَهْدِى اْلقَوْمَ اْلكَفِرِيْنَ (البقراة: 264)
“Hai Orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu tertimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada, orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah: 264)
Selain merusak amal baik, ria juga termasuk perbuatan syirik yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah SAW.
Sabda Rasulullah SAW:
اِنَّ اَخْوَفَ مَاأَخَافَ عَلَيْكُمُ اْلشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ : اَلرِّياءُ (رواه احمد)
‘Sesungguhnya sesuatu yang telah aku khawatirkan atas kamu semua perkara yang aku khawatirkan ialah syirik kecil, yakni ria,” (HR Ahmad)
C. Aniyaya
1. Pengertian aniyaya
Aniyaya berarti perbuatan bengis, seperti penyiksaan, penindasan, dan sebagainya. Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di muka bumi yang harus berbuat baik terhadap siapapun, bahkan juga terhadap makhluk selain manusia.
Allah SWT berfirman
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِى اْلقُرْبى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَكُمْ تَذَ كَّرُوْنَ (النحل: 90)
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan kepada kaum kerabat dan Allah melarang (kamu) berbuat keji, Munkar, dan permusuhan (aniyaya). Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl; 90)
Ayat di atas membuat tiga perintah dan tiga larangan. Tiga perintah yang dimaksud ialah berlaku adil, berbuat baik, dan membantu kerabat. Tiga larangannya ialah berbuat keji (maksiat yang menjerumus perbuatan zina), Munkar (segala perbuatan buruk yang tidak dapat diterima oleh hati nurani), dan permusuhan.
Aniyaya adalah salah satu bentuk perbuatan yang menimbulkan permusuhan sesama manusia. Oleh sebab itu, perbuatan aniyaya wajib dijauhi oleh setiap orang, terutama muslim.
2. Orang yang teraniyaya memperoleh prioritas dari Allah SWT
Untuk memberikan keadilan kepada manusia Allah SWT memberikan prioritas kepada orang yang dianiyaya bahwa dia tidak berdosa apabila berkata buruk lagi keras.
Firman Allah SWT:
لاَيُحِبُّ اللهُ اْلجَهْرَ بِالسُّوْءِ مِنَ الْقَوْلِ اِلاَّ مَنْ ظُلِمَ قلى وَكَانَ اللهُ سَمِيْعًاعَلِيْمًا (النساء : 148)
“Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang di aniyaya. Allah adalah (yang) Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. An-Nisaa’: 148)
Orang yang diperlakukan secara dhalim diperbolehkan membalas kedhaliman tersebut seberat kadar yang ditimpahkan kepada dirinya.
وَاٍنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوْابِمِثْلِ مَاعُوْقِبْتُمْ بِهِ قلى وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِِصّبِرِيْنَ (النحل: 126)
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, akan tetapi, jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS. An-Nahl: 126)
3. Bahasa perbuatan aniyaya
a. Bagi orang lain
Bahaya perbuatan aniyaya bagi orang lain tergantung pada tingkat aniyaya yang ditimpakan pada dirinya. Sekurang-kurangnya menimbulkan kekecewaan atau sakit hati pihak lain (yang dianiyaya)
b. Bagi pelakunya sendiri
Perbuatan aniyaya menimbulkan kegelapan bagi dirinya di hari kiamat
Rasulullah SAW bersabda:
اَلظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ (رواه البخارى و مسلم)
“Kedhaliman adalah beberapa kegelapan di hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
اِتَّقُوالظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ (رواه مسلم)
“Jagalah dirimu dari kedhaliman, karena dhalim adalah beberapa kegelapan di hari kiamat.” (HR. Muslim)
Yang dimaksud kegelapan di hari kiamat adalah dosa yang memberatkan penderitaan seseorang di hari kiamat. Mungkin seseorang masih dapat menyelamatkan diri dari akibat perbuatan dhalim di dunia ini, tetapi tidak demikian halnya di akherat kelak
ADAB BERPAKAIAN, BERHIAS, BERTAMU, DAN MENERIMA TAMU
A. Adab (Tata Krama) Berpakain
1. Fungsi pakaian
Tuntunan Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam masalah aurat, Islam telah menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar sampai kedua lutut, sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Adanya aturan-aturan dalam berpakaian pada dasarnya untuk menunjang ketiga fungsi berikut ini:
Fungsi pakaian ialah untuk penutup aurat, menjaga kesehatan dan keindahan
2. Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis dan atau ketat (mepet sehingga membentuk tubuhnya yang asli)
Kendatipun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, tetapi apabila pakaian yang terlampau tipis, pakaian yang ketat akan menampilkan bentuk tubuh pemakainya, sedangkan pakaian yang terlampau tipis akan menampakan warna kulit pemakainya. Kedua cara tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik perhatian yang menggugah nafsu syahwat bagi lawan jenisnya
Dalam hal ini Rasulullah SAW, telah bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ اَهْلِ النَّارِ لَمْ اَرَهُمَا: قَوْمٌ سِيَاطٌ كَأَذْنَ بِ اْلبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَاالنَّاسَ وَنَسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتُ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوْ سُهُنَّ كَأَ سُنِمَةِ اْلبُخْتِ اْلمَائِلَةِ لاَيَدْ خُلُنَ اْلجَنَّةَ وَلاَيَجِدْنَ رِيْحَهَالَيُوْ جَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَاوَكَذَا (رواه مسلم)
“Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu: 1. kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memikul orang (penguasa yang kejam): 2. perempuan-perempuan yang berpakain tetapi telanjang, yang cenderung kepada perbuatan maksiat dan mencenderungkan orang lain kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk onta. Mereka itu tidak akan bisa masuk jamaah (surga) dan tidak akan Mencium bau surga, Padahal bau surga itu dapat tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian.” (HR. Muslim).
3. Kaum lelaki dilarang memakai cincin emas dan pakaian sutra
Khalifah Ali Bin Abi Thalib berkata:
نَهَانِيْ رَسُوْاللهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ التَّخَتُّمُ بِالذَّهَبِ وَعَنْ لِبَاسِ اْلقِسِّىِّ وَعَنْ لِبَاسِ اْلمُعَصْفَرِ (رواه الطبرانى)
“Telah melarang kami Rasulullah SAW, untuk memakai cincin dari emas dan pakaian sutra serta pakaian yang dicelup dengan ashfar.” (HR Tabrani)
Ashfar adalah bahan penguning (semacam wenter berwarna kuning) yang banyak dipakai orang saat itu.
Ibnu Umar meriwayatkan:
رَأَى رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلَيَّ ثَوْ بَيْنِ مُعَصْفَرَيْنِ فَقَلَ: اِنَّ هذِهِ مِنْ ثِيَابِ اْلكُفَّارِ فَلاَ تَلْبَسَهَا
“Rasulullah SAW pernah melihat aku memakai dua pakaian yang aku celup dengan ashfar, maka Sabda beliau, ‘Ini adalah pakaian orang kafir, oleh karena itu janganlah engkau Pakai’.”
B. Adab (Tata Krama) Berhias
Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam batas yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Beberapa ketentuan agama dalam masalah perhiasan ini antara lain sebagai berikut:
1. Laki-laki dilarang memakai cincin emas, sebagaimana larangan yang ditunjukan oleh Rasulullah SAW, terhadap Ali RA.
2. Jangan bertato dan mengikir gigi
Mengikir gigi ialah memendekan dan merapikan gigi (pangkur dalam bahasa Jawa). Mengikir gigi banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi dan cantik. Dalam menyikapi hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
لَعَنْ رَسُلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اْلوَشِمَةَ وَاْلمُسْتَوْشِمَةَ وَاْلوَاشِرَةَ وَاْلمُسْتَوْشِرَةَ (رواه الطبرانى)
“Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menatu dan minta ditatu, yang mengikir dam yang minta dikikir giginya.” (HR Thabrani).
3. Jangan menipiskan alis
Menipiskan alis banyak dilakukan oleh kaum perempuan agar tampak lebih cantik
Dalam sebuah Hadits diriwayatkan:
لَعَنْ رَسُلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم النَّاصِمَةَ وَاْلمُتَنَصِّمَةَ (رواه ابوداود)
“Rasulullah SAW melaknat perempuan-perempuan yang mencukur alisnya dan meminta dicukur alisnya.” (HR Abu Dawud)
4. Jangan menyambung rambut
Rasulullah bersabda:
لَعَنْ رَسُلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اْلوَاصِلَةَ وَاْلمُسْتَوْ صِلَةَ (رواه البخارى)
“Allah melaknat perempuan-perempuan yang menyambung rambutnya dan yang meminta disambung rambutnya.” (HR. Bukhari)
5. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias
Yang dimaksud berlebih-lebihan ialah melewati batas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias secara berlebih-lebihan cenderung kepada sikap sombong dan bermegah-megahan yang amat tercela dalam Islam. Setiap muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkan kesombongan, baik dalam berpakaian maupun berhias dalam bentuk lain.
Memoles wajah dengan bahan (make up) terlampau banyak, mengenakan perhiasan emas pada leher, kedua tangan dan kedua kaki termasuk berlebih-lebihan.
Islam memperbolehkan umatnya berhias secara wajar, tidak berlebih-lebihan yang cenderung kepada sikap sombong dan pamer.
C. Adab (Tata Krama) Bertamu
1. Jangan bertamu pada tiga waktu aurat
Allah SWT berfirman:
يَأَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْالِيَسْتَأْذِ نَكُمُ الَّذِيْنَ مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ وَالَّذِيْنَ لَمْ يَبْلُغُوْا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَثَ مَرَّاتٍ قلى مِنْ قَبْلِ صَلوةِ اْلفَجْرِ وَحِيْنَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيْرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلوةِ اْلعِشآءِ قلى طَوَّافُوْنَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ قلى كَذلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمُ اْلأيتِ قلى وَاللهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ (النور: 58)
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lekaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang isya, (itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS An-Nuur: 58)
Bertamu pada tiga waktu aurat (sebelum subuh, sesudah dhuhur, dan sesudah isya), termasuk perkara yang dicela dalam Islam dan harus dijauhi, kecuali terpaksa (karena ada urusan yang sangat penting.
2. Cara bertamu yang baik
Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:
a. Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya.
Allah SWT berfirman:
اِنْاَحْسَنَتُمْ أَحْسَنْتُمْ لأَِ نْفُسِكُمْ وَاِنْ أَسَأْ تُمْ فَلَهَا … (الاسراء:7)
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan0 itu bagi dirimu sendiri ….” (QS. Al Israa: 7)
b. Memberi isyarat dan dalam ketika datang
Allah SWT berfirman:
يأَيُّهَاالَّذِيْنَ أمَنُوْالاَتَدْ خُلُوْا بُيُوْ تًا غيْرَ بُيُوْتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْ نِسُوْا وَتُسَلِّمُوْاعَلَىأهْلِهَا ط ذلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَكُمْ تَذَكَّرُوْنَ (النور: 27)
“Wahai orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu supaya kamu selalu ingat.” (QS. An-Nuur: 27)
c. Jangan mengintip ke dalam rumah
d. Minta izin masuk sebanyak-banyaknya 3 kali, apabila sudah mengetuk pintu atau membaca salam tiga kali tidak ada tanggapan dari tuan rumah, harus kembali pulang
e. Memperkenalkan diri secara jelas, baik nama, Alamat (terlebih bila bertamu pada malam hari
f. Tamu lelaki dilarang masuk ke dalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Rasulullah SAW bersabda:
لاَيَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ اِلاَّ وَمَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ وَلاَ تُسَافِرُ اْلمَرْاَةُ اِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ (رواه البخارى و مسلم)
“Janganlah seorang laki-laki bersepi-sepi bersama perempuan kecuali ia (perempuan tersebut) bersama mahramnya. Jangan pula seorang perempuan berpergian kecuali apabila ia bersama mahramnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
g. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan masuk, hendaklah tamu masuk rumah dan duduk dengan sopan di tempat yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang ke mana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan.
h. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberi jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan senang hati, tidak menampakan sikap tidak senang terhadap jamuan tersebut. Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berkata terus terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati makanan dan minuman seperti itu.
D. Adab Menerima Tamu
1. Berpakaian yang pantas untuk menghormati tamu dan diri sendiri
2. Menerima tamu dengan sikap yang baik, sikap bersahabat, jangan sekali-kali memalingkan muka dirinya
3. Menjamu tamu sesuai kemampuannya, tidak mengada-ada yang dapat menyusahkan diri sendiri
Kewajiban menerima tamu adalah sehari – semalam. Selebihnya adalah sedekah bagi tuan rumah
4. antarkan tamu (saat pulang) sampai pintu halaman rumah
5. Wanita yang berada di rumah sendirian dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam rumahnya tanpa ada izin sebelumnya dari suami (kecuali masih mahramnya)
Bagi suami pun hendaknya bersikap hati-hati agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
DISIPLIN
A. Disiplin Dalam Kehidupan Pribadi
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang ditetapkan, tanpa pamrih.
Dalam ajaran Islam banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits, yang memerintahkan disiplin dalam ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An-Nisa ayat 59:
ياَيُّهَاالَّذِمْنَ امَنُوْااَطِيْعُوااللهَ وَاَطِيْعُواالرَّسُوْلَ وَاُولِى اْلاَمْرِ مِنْكُمْ … (النساء 59)
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri di antara kamu …” (An Nisa 59)
Disiplin adalah kunci sukses, sebab dengan disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam kebenaran dan rela berkorban untuk kepentingan pribadi dan kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1. Disiplin dalam penggunaan waktu
Disiplin dalam menggunakan waktu diperhatikan dengan seksama. Waktu yang sudah berlalu tak mungkin akan kembali lagi, hari yang sudah lewat tak akan datang lagi. Demikian pentingnya arti waktu sehingga berbagai bangsa di dunia mempunyai ungkapan yang menyatakan “waktu adalah uang”, peribahasa arab menyatakan “waktu adalah pedang”, dan “waktu adalah emas”, dan kita orang Indonesia menyatakan: “sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna”
Marilah kita bayangkan, seandainya ada seorang yang pada waktu Belajar di rumah masih terus bermain-main, sebaliknya pada waktu tidur, ia gunakan untuk bergadang semalaman suntuk. Tentu dapat kita lihat bahwa hidupnya menjadi tidak teratur, karena ia tidak pandai menggunakan waktu dengan tepat. Oleh karena itu marilah kita lebih menghargai waktu dengan cara disiplin dalam merencanakan, mengatur, dan menggunakan waktu, yang Allah karuniakan kepada kita tanpa dipungut biaya.
Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak akan datang dengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yang ketaatan dalam kehidupan pribadinya.
2. Disiplin dalam beribadah
Menurut bahasa, ibadah berarti tunduk atau merendahkan diri. Pengertian yang lebih luas dalam ajaran Islam, ibadah berarti tunduk dan merendah diri hanya kepada Allah yang disertai perasaan cinta kepada-Nya. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa disiplin dalam beribadah itu mengandung dua hal:
a. Berpengang teguh terhadap apa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau larangan, maupun ajaran-ajaran yang berifat halal, anjuran sunnah, atas makruh dan haram
b. Sikap berpengang teguh yang berdasarkan cinta kepada Allah, bukan karena rasa takut atau terpaksa. Maksud cinta kepada Allah adalah senantiasa taat kepada-Nya, dan taat kepada Rasul-Nya. Perhatikan firman Allah:
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِيْبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُوْ نِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْ بَكُمْ قلى وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ (ال عمران: 31)
Artinya: “Katakanlah jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutlah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran 31)
Sebagaimana telah kita ketahui, ibadah itu dapat digolongkan menjadi dua, yakni:
a. Ibadah mahdah (murni) yaitu bentuk ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah
b. Ibadah ghairoh mahdah (selain mahdah), yang tidak langsung dipersembahkan kepada Allah melainkan melalui hubungan kemanusiaan.
Dalam ibadah (disebut juga ibadah khusus) aturan-aturannya tidak boleh semuanya akan tetapi harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang yang mengada-ada aturan baru, misalnya shalat subuh tiga rakaat atau puasa 40 hari terus menerus tanpa berbuka, adalah orang yang tidak disiplin dalam beribadah, karena ia tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, ia termasuk orang yang berbuat bid’ah dan tergolong sebagai orang yang sesat.
Dalam ibadah ghairoh mahdhah (disebut juga ibadah umum) orang dapat menentukan aturannya yang terbaik, kecuali yang jelas dilarang oleh Allah. Tentu saja suatu perbuatan dicatat sebagai ibadah kalau niatnya ikhlas semata-mata karena Allah, bukan ingin mendapatkan pujian orang lain (riya’)
3. Disiplin Dalam Berlalu Lintas
Tanggal 1 Desember 1993 merupakan hari bersejarah dalam berlalu lintas di Indonesia, karena pada tanggal tersebut UU nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya mulai diberlakukan secara efektif di seluruh wilayah nusantara. Dengan Undang-undang tersebut, diharapkan semua warga negara mentaati dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Bagi umat Islam masalah ketaatan terhadap berbagai peraturan termasuk peraturan lalu lintas bukanlah hal yang asing, karena banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits yang mengandung perintah untuk bersikap taat.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa 59:
ياَيُّهَاالَّذِمْنَ امَنُوْااَطِيْعُوااللهَ وَاَطِيْعُواالرَّسُوْلَ وَاُولِى اْلاَمْرِ مِنْكُمْ … (النساء 59)
Artinya: “Hai orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya) dan ulil amri di antara kamu …. (An Nisa 59)
Ayat tersebut menegaskan bahwa sebagai orang beriman di samping harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya, juga harus taat kepada Pemimpin atau pemerintah. Hal ini dipertegas oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya yang artinya: “Barang siapa yang taat kepadaku maka ia benar-benar telah taat kepada Allah, dan barang siapa yang durhaka kepadaku maka ia benar-benar telah durhaka kepada Allah. Barang siapa yang taat kepada penguasa maka ia benar-benar taat kepadaku, dan barang siapa yang durhaka kepada penguasa maka ia benar-benar telah durhaka kepadaku”. (H.R Bukhari dan Muslim)
Dalam Hadits lain Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Seseorang muslim wajib mendengar dan taat, baik dalam hal yang disukai maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat. Apabila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat, maka ia tidak wajib untuk mendengarkan dan taat” (HR. Bukhari dan Muslim)
berdasarkan ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi di atas, jelas sekali bahwa ajaran Islam tentang disiplin mengandung ketaatan pada peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah suatu hal yang harus dilaksanakan yaitu melaksanakan disiplin bukan karena diawasi oleh petugas, tetapi karena merupakan tuntunan ajaran agama.
Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim sekaligus sebagai warga negara yang baik sudah seharusnya ikut aktif dalam menciptakan tertib lalu lintas dengan mematuhi dan melaksanakan segala aturan yang tertuang dalam undang-undang tersebut.
B. Disiplin Dalam Bermasyarakat
Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda pula. Karenanya setiap manusia memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda, namun dengan bermasyarakat, mereka tentu memiliki norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta peraturan yang sedang disepakati bersama, yang harus dihormati dan dihargai serta ditaati oleh setiap anggota masyarakat itu. Kita sebagai manusia yang lahir sebagai bangsa Indonesia yang religius dan berfalsapahkan pancasila, tentunya kita harus mentaati dan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma serta adat yang berlaku pada masyarakat kita. Sesuai dengan naluriah kemanusiaan, tiap anggota masyarakat ingin lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya
Sekiranya tidak ada aturan yang mengikat di antara mereka dalam bermasyarakat dari ketentuan yang telah digariskan oleh agama, niscaya kehidupan mereka akan kacau balau, karena setiap pribadi dan kelompok akan membanggakan diri pribadi dan kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan kenyataan ini, maka agama Islam menegaskan bahwa manusia yang paling berkualitas di sisi Allah bukanlah karena keturunan atau kekayaan, akan tetapi berdasarkan ketaqwaannya. Ketaqwaan yang merupakan perwujudan dari kedisiplinan yang tinggi dalam mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan – larangan-Nya, bukanlah suatu pembawaan dan bukan pula suatu harta pustaka yang dapat diwariskan melalui garis keturunan
Agama Islam mengibaratkan anggota masyarakat itu Bagaikan satu Bangunan yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lain mempunyai fungsi yang berbeda – beda, manakala salah satu komponen itu rusak, maka seluruh Bangunan itu akan rusak atau binasa. Hadits Nabi SAW menegasakan:
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدَّ بَعْضُهُ بَعْضًا, وَشَبَّكَ بَيْنَ اَصَابِعِهِ (رواه البخارى و مسام والترمذى)
Artinya: “Seorang mu’min dengan mu’min lainnya Bagaikan Bangunan yang sebagahagian dari mereka memperkuat bahagian lainnya. Kemudian beliau menelusupkan jari-jari yang sebelah ke jari-jari tangan sebelah lainnya”. (H.R Bukhari Muslim dan Turmuzi)
C. Disiplin Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Negara adalah alat untuk memperjuangkan keinginan bersama berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh anggota atau warga negara tersebut. Tanpa adanya masyarakat yang menjadi warganya, negara tidak akan terwujud. Oleh karena itu masyarakat prasarat untuk berdirinya suatu negara. Tujuan dibentuknya suatu negara ialah agar seluruh keinginan dan cita-cita yang diidamkan oleh warga negara yang dapat diwujudkan dan dapat dilaksanakan. Anggota masyarakat suatu negara adakalanya mempunyai latar belakang budaya dan agama yang sama, dan ada pula yang terdiri atas budaya dan agama yang beragam. Dalam membentuk negara yang baik, beragamnya budaya bukanlah merupakan persoalan. Karena keberadaan latar belakang budaya tidak akan menghambat suatu masyarakat untuk membangun negaranya. Bahkan dengan adanya perbedaan tersebut semakin memperkaya perbendaharaan pemikiran dan pengetahuan suatu masyarakat. Kunci keberhasilan suatu negara terletak pada kedisiplinan berupa kesetiaan dan kesungguhan warga negaranya melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Berkaitan dengan hal di atas maka di negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah selayaknya jika umat Islam mempelopori meningkatkan disiplin nasional dalam bentuk mematuhi segala peraturan perundang-undangan yangberlaku, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.

10 Amalan Ringan Pembuka Jalan Menuju Surga

Jalan menuju surga - Courtesy of Emirates Palace Hotel Abu Dhabi http://www.dubai-abu-dhabi.comAllah dan Rasul-Nya banyak menyebutkan ganjaran surga dan mengancam dengan adzab neraka untuk memotivasi umat-Nya untuk banyak beramal shalih dan menjauhi segala larangan-Nya. Di samping itu Allah pun telah mengabarkan sifat-sifat surga dan neraka untuk lebih meningkatkan keinginan manusia untuk meraih surga dan menjauhi neraka.
Di antara kenikmatan surga, Allah berfirman dalam sebagian ayat-ayat-Nya,
عَلَى سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ – مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ – يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ – بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ – لا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنْزِفُونَ – وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ – وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ – وَحُورٌ عِينٌ – كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ
“Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS al-Waqi’ah: 15-23)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Surga itu disediakan bagi orang-orang sholih, kenikmatan di dalamnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pula pernah terlintas dalam hati.’ Maka bacalah jika kalian menghendaki firman Allah Ta’ala (yang artinya), ‘Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’” (QS. As Sajdah [32] : 17) (HR. Bukhari & Muslim)
Maka membayangkan seberapa besar kenikmatan surga – dan sesungguhnya lebih indah dari yang bisa kita bayangkan – tentu menjadi motivasi kuat bagi orang yang beriman untuk meraihnya. Dan ini adalah bagian dari keimanan terhadap hari akhir dan iman kepada Allah Ta’ala.
Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al-Wabil penulis kitab Asyratus Sa’ah (Tanda-tanda Hari Kiamat) berkata, [“Sesungguhnya percaya kepada Allah, hari akhir, pahala serta siksaan memberi arah yang nyata terhadap perilaku manusia untuk berbuat kebaikan. Tidak ada undang-undang ciptaan manusia yang mampu menjadikan perilaku manusia tetap tegak dan lurus seperti beriman kepada hari akhir. Oleh karena itu, dalam masalah ini akan ada perbedaan perilaku antara (orang yang tak beriman kepada Allah dan hari akhir) dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta dia mengetahui bahwa dunia adalah tempat simpanan akhir sedang amal shalih adalah bekal untuk akhirat, sebagaimana firman Allah,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“...Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa ...” (QS al-Baqarah: 197)
Dan sebagaimana komentar sahabat Umair Ibnu Hamam, “Menuju kepada Allah tak ada bekal lain kecuali takwa, amal akhirat dan sabar karena Allah dalam perjuangan. Dan semua bekal akan habis kecuali takwa, berbuat baik dan mencari petunjuk.”
Nampak perbedaan antara perilaku orang beriman dengan yang tidak beriman kepada Allah, hari akhir, pahala dan siksaan. Maka bagi orang yang percaya hari pembalasan dia akan berbuat dengan melihat kepada timbangan langit, bukan timbangan bumi. Dan dia akan melihat hisab akhirat, bukan hisab dunia. Dia akan mempunyai perilaku tersendiri dalam kehidupan. Kita akan melihatnya istiqamah dan dalam berpikir, iman, tabah dalam kesulitan, sabar atas bencana demi mencari pahala, dan dia mengerti bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik dan lebih kekal.”]
Jalan menuju surga memang dipenuhi onak dan duri. Akan tetapi sesungguhnya ada banyak amalan-amalan yang mudah dilakukan namun Allah membalasnya dengan ganjaran yang sangat besar. Berikut ini disajikan beberapa amalan yang insya Allah ringan diamalkan namun bisa membawa pelakunya ke surga.

1. Berdzikir Kepada Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Ada dua kalimat yang ringan bagi lisan, berat dalam mizan (timbangan amal) dan dicintai ar-Rahmaan: ‘Subhanallahu wa bihamdih’ (Maha Suci Allah dan dengan pujian-Nya kami memuji) ‘Subhanallah al-Azhiim’ (Maha Suci Allah Dzat Yang Maha Agung).” (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
لَأَنْ أَقُوْلَ: (سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر) أَحَبُّ إِلَيَّ مِمّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
“Saya membaca: ‘Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar’, sungguh aku lebih cintai daripada dunia dan seisinya.” (HR Muslim no 2695 dan at-Tirmidzi)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ عَمَلًا أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
“Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang dapat menyelamatkannya dari adzab Allah melainkan dzikir kepada Allah.” (HR ath-Thabrani dengan sanad yang hasan dan al-Allamah Ibnu Baz menjadikannya hujjah dalam kitab Tuhfah al-Akhyaar)

2. Meridhai Allah, Islam dan Rasulullah

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang hamba muslim mengucapkan pada saat dia memasuki waktu pagi dan memasuki waktu petang: ‘radhiitu billahi rabba, wa bil islaami diina wa bi muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam nabiya (aku ridha Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku)’ sebanyak tiga kali, melainkan merupakan hak bagi Allah untuk meridhainya pada hari kiamat kelak.” (HR Ahmad dan dihasankan oleh al-Allamah Ibnu Baz dalam kitab Tuhfah al-Akhyaar)

3. Menuntut Ilmu Syar’i

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim no 2699)

4. Menahan Marah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَسْتَطِيعُ عَلَى أَنْ يُنَفِّذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِي اَيِّ الْحُورِ شَاءَ
“Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya, niscaya Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan para makhluk sampai Allah memilihkan untuknya bidadari-bidadari yang dia suka.” (Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan disepakati oleh Syaikh al-Albani)

5. Membaca Ayat Kursi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِي دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ لَمْ يَمْنَعُهُ مِنْ دُخُوْلِ الْجَنَّةَ إِلاَّ أَنْ يَمُوْتَ
“Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat, maka tidak ada yang dapat menghalanginya untuk masuk surga kecuali jika dia mati.” (HR an-Nasaa’i dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Maksudnya adalah jika dia mati, dia akan masuk surga dengan rahmat dan karunia Allah ‘Azza wa Jalla.

6. Menyingkirkan Gangguan di Jalan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلاً يَتَقَلَّبُ فِي الجَنَّةِ فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهاَ مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ
“Sungguh aku telah melihat seorang lelaki mondar-mandir di dalam surga dikarenakan sebuah pohon yang dia tebang dari tengah jalan yang selalu mengganggu manusia” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَي ظَهْرِ طَرِيقٍ فَقَالَ وَاللهِ لأُنَحِّيَنَّ هَذَا عَنْ المُسْلِمِينَ لَا يُؤذِيهِمْ فَأُدْخِلَ الجَنَّةَ
“Ada seorang lelaki berjalan melewati ranting pohon yang ada di tengah jalan, lalu dia berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku akan singkirkan ranting ini dari kaum muslimin agar tidak menganggu mereka.’ Maka dia pun dimasukkan ke dalam surga.” (HR Muslim)

7. Membela Kehormatan Saudaranya di Saat Ketidakhadirannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ رَدَّ عَن عِرْضِ أَخِيهِ رَدَّ اللهُ عَن وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Barangsiapa membela harga diri saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan memalingkan wajahnya dari api neraka.” (Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ وَقَاهُ اللهُ شَرَّ مَا بَيْنَ لَحيَيْهِ وَ شَرَّ مَا بَيْنَ رِجْلَيْنِ دَخَلَ الجَنَّةَ
“Barangsiapa yang Allah lindungi dari keburukan apa yang ada di antara kedua rahangnya (yaitu mulut) dan keburukan yang ada di antara dua pahanya (yaitu kemaluannya), niscaya dia akan masuk surga.” (Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan disepakati oleh Syaikh al-Albani)

8. Menjauhi Debat Kusir Walaupun Benar

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam,
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR Abu Dawud dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani)

9. Berwudhu’ Lalu Shalat Dua Raka’at

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,”Tidaklah seorang muslim berwudhu’ lalu dia baguskan wudhu’nya, kemudian dia berdiri shalat dua raka’at dengan menghadapkan hatinya dan wajahnya pada kedua raka’at itu, melainkan surga wajib baginya.” (HR Muslim)

10. Pergi Shalat ke Masjid

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan untuk menuju masjid, mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat.” (HR Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda, “Barangsiapa yang pergi ke masjid atau pulang dari masjid, niscaya Allah akan persiapkan baginya nuzul di dalam surga setiap kali dia pergi dan pulang.” (HR Bukhari dan Muslim)
Imam an-Nawawi berkata, “Nuzul adalah makanan pokok, rizki dan makanan yang dipersiapkan untuk tamu.”

kelebihan islam dibanding agama lain


هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

“Dia Yang telah mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan atas seluruh agama yang lainnya meskipun orang-orang musyrikin membencinya.”

( Qs. At-Taubah : 33 dan Ash-Shoff : 9 )

الإِسْلامُ يَعْلُو وَ لا يُعْلَى

“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkannya.” ( HR. Bukhori )

‘AQIDAH KETUHANAN

ISLAM


Di dalam agama Islam masalah ‘aqidah ketuhanan terli-hat jelas pada prinsip ajaran Tauhid, yaitu hanya Alloh semata Tuhan seluruh alam semesta, sehingga yang ber-hak untuk disembah pun hanya Alloh semata.

YAHUDI


Agama Yahudi meyakini keesaan Alloh dalam ketuhanan Nya, namun umat Yahudi meyakini bahwa Alloh memili ki putera, yaitu Uzair. Sehingga dalam peribadatannya se lain menyembah Alloh, mereka juga menyembah Uzair atau Ezra.

KRISTEN

( Protestan )


Agama Kristen Protestan adalah sempalan dari agama Ka tholik. Umat Protestan mengaku mengesakan Tuhan, na-mun dalam keesaan yang berbilang, yaitu Tuhan itu Esa namun terdiri dari 3 oknum, yaitu Alloh ( Tuhan Bapa ), ‘Isa atau Yesus ( tuhan anak ) dan Roh Qudus, yang ke-mudian disebut dengan Trinitas atau Tritunggal. Sehing-ga dalam peribadatannya mereka menyembah kepada se-mua oknum tuhan tersebut.

KATHOLIK


Agama Katholik adalah sempalan dari agama Ortodox. Umat Katholik mengaku mengesakan Tuhan dengan kee-saan yang berbilang yang tercermin dalam ajaran Trinitas atau Tritunggal, yaitu : Tuhan Bapa, tuhan anak dan Roh Qudus. Selain itu mereka juga menyembah Bunda Maria.

HINDU


Agama Hindu menetapkan Tuhan tertingginya adalah Is-wara atau Trimurti yang terdiri dari Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Ciwa. Namun dalam peribadatannya umat Hindu terbelah-bagi, sebagian ada aliran yang me-nyembah Brahma, ada yang menyembah Wisnu dan ada pula yang menyembah Ciwa. Agama Hindu Bali ( Gama Bali ) termasuk yang menyembah Ciwa. Selain itu mere-ka juga menyembah dewa-dewi lainnya yang jumlahnya sangat banyak.

BUDHA


Agama Budha pada asalnya hanya merupakan ajaran fil-safat kehidupan. Namun sepeninggal Sidharta Gautama agama Budha mulai berbicara mengenai ketuhanan. Tu-han tertinggi menurut Umat Budha adalah Sang Hyang Adhi Budha. Selain itu, umat Budha mengimport pula de wa-dewi yang lainnya baik yang berasal dari agama Hin-du atau dari ajaran Animisme China. Dan dalam perkem-bangannya, Shidarta Gautama dan orang-orang suci yang dianggap telah mencapai derajat kebudhaan ikut pula di-sembah.

SIFAT-SIFAT TUHAN

ISLAM


Dalam ajaran agama Islam, Alloh memiliki sifat-sifat yang mulia dan sempurna yang tidak mungkin diserupai oleh siapa pun. Yaitu sifat-sifat yang tersebut dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shohih, tanpa menyerupa- kan dengan si-fat-sifat makhluk dan tanpa menta’wilkan-nya ( memalingkan maknanya ).

YAHUDI


Dalam ajaran Yahudi, Alloh dianggap memiliki sifat-si- fat yang kurang sempurna, seperti kikir, bodoh, faqir dan lain-lainnya.

KRISTEN


Dalam ajaran Kristen, baik Protestan maupun Katholik, Alloh adalah sosok yang biasa digambarkan dalam wujud manusia atau diserupakan dengan bentuk manusia.

HINDU


Dalam agama Hindu, dewa-dewa mereka memiliki sifat-sifat yang serba kekurangan, sifat yang ada pada suatu de wa terkadang tidak dimiliki oleh dewa yang lainnya. Se-lain itu, penganut Hindu juga menggambarkan dewa-de-wi mereka dengan berbagai bentuk, ada yang berbentuk manusia dan ada pula yang berbentuk hewan, ada yang tampan atau cantik, tapi ada juga yang jelek dan kejam.

BUDHA


Dalam agama Budha, Tuhan atau dewa tertinggi mereka digambarkan sebagai seorang yang berbentuk manusia se dang duduk bersila dengan bertelanjang dada. Dan sifat-sifat dewa-dewi lainnya sama dengan agama Hindu, yai-tu ada yang tampan atau cantik, namun ada pula yang bu-ruk rupa.

KENABIAN

ISLAM


Agama Islam meyakini bahwa sosok para nabi adalah pri badi pilihan yang terjaga dari segala macam sifat tercela, bahkan sebelum mereka diangkat menjadi nabi. Namun demikian, para nabi adalah manusia biasa yang tidak me-miliki sifat-sifat ketuhanan.

YAHUDI


Agama Yahudi banyak memberikan sifat-sifat yang terce la kepada para nabi, seperti : pemabuk, pezina, mata ke-ranjang dan lain-lain, baik sebelum maupun setelah men-jadi nabi. Bahkan mereka tak segan-segan membunuh pa ra nabi yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka.

KRISTEN

( Protestan )


Agama Kristen Protestan membolehkan seorang nabi me miliki masa lalu yang buruk, sebagaimana Rosul Paulus yang mantan musuh besar Nabi ‘Isa.

KATHOLIK


Agama Katholik selain membolehkan seorang nabi memi liki masa lalu yang buruk, mereka juga mengkultuskan para nabi, bahkan memberikan sebagian sifat Tuhan kepa da para nabi.

HINDU


Agama Hindu tidak mengakui adanya para nabi. Mereka hanya percaya kepada para Reci yang bertapa dan menda pat wangsit berkenaan dengan agama mereka.

BUDHA


Agama Budha juga tidak mengenal adanya para nabi. Me reka hanya mengakui adanya orang-orang suci yang ber-upaya mencapai tingkat kebudhaan.

KITAB SUCI

ISLAM


Dalam agama Islam, kitab suci Al-Qur’an adalah firman Alloh, bukan buatan atau rekaan Nabi Muhammad shol- lallohu ‘alaihi wa sallam yang mesti diriwayatkan secara mutawatir sebagaimana aslinya. Ada pun perkataan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah hadits, yang hadits pun mesti diriwayatkan secara shohih atau hasan.

YAHUDI


Dalam agama Yahudi, kitab suci mereka telah musnah ke tika perkampungan mereka diserbu oleh Bukhtunshir. Pe-nulisan kembali kitab TAURAT dan TALMUD tidak la-gi diketahui penulisnya dan waktu penulisannya.

KRISTEN

( Protestan )


Dalam agama Kristen Protestan, kitab suci mereka yaitu Injil versi King James, tidak lagi orisinil. Di samping pe-riwayatannya yang tidak mutawatir, bahkan tidak shohih, yang berbahasa aslinya pun tidak lagi diketahui. Bahkan dimungkinkan bagi mereka untuk melakukan revisi pada Injil-Injil-nya tersebut.

KATHOLIK


Dalam agama Katholik, kitab suci mereka yaitu Injil ver-si Douay tidak lagi orisinil. Karena periwayatannya yang tidak mutawatir, bahkan tidak shohih, yang berbahasa as-linya pun tidak lagi diketahui. Selain itu, Injil versi Katho lik banyak mengalami penambahan yang tidak ada pada Injil versi Protestan.

HINDU


Kitab suci agama Hindu yaitu Veda, tidak hanyalah ki-dung-kidung gubahan para reci dan pertama yang dibuku kan tanpa diketahuo penulis dan waktu ditulisnya. Bah-kan tidak semua orang Hindu diizinkan mendengar dan membaca kitab Veda, yaitu Kasta Brahmana, Ksatria dan Waisya. Sedangkan kasta Sudra dan Paria dilarang keras mendengarkan Veda.

BUDHA


Kitab suci agama Budha yaitu Tripitaka hanya khutbah-khutbah Sidharta Gautama yang ditulis ¾ abad sepening-gal Sidharta, itu pun belum lengkap. Ditulis baru secara lengkap sekitar 4 abad setelah meninggalnya Sidharta. Dengan demikian kitab suci Tripitaka bukan wahyu.

history of Islam

Islam is a proselytizing religion is religion that must be prepared, transmitted and developed by its adherents in the circumstances anyway. Similarly, what the Muslim traders who also serves as a preacher, with a variety of methods used sought to develop the Islamic wing of the widest to the archipelago. Since Islam arrived in Indonesia until Indonesia's independence adherents grew. Thus making Indonesia the world's number one country whose population is Muslims. How Islam came, was simple paper will try to discuss about the entry of Islam into the archipelago. The process of Islamization of the Islamic empire in the history of the sample.

B. The entry of Islam to Indonesia

History of the introduction of Islam to Indonesia through the preaching of peace and not with the sharpness of the sword. [1] However, as far as the arrival of Islam in indenesia there long discussion and debate among experts, about three main issues, the home of Islam's arrival, the carrier , and time of arrival. [2]

Various theories and discussions that seek to answer three key issues is clearly not finished, not only the lack of data that can support a particular theory, but also because of the unilateral nature of the various existing theories. There is a strong tendency, a certain theory emphasizes only the specific aspects of the three main issues, while ignoring other aspects. [3] and also due to the subjectivity of the author. [4]

Islam spread in India and the Arab semenanjugn up to go to Malaya and Indonesia. In some areas, Islam spread through conquest, but Islam in Southeast Asia spread by traders and Sufi activities. [5] In the literature there are many opinions expressed by experts about the three issues above, but will be presented here only a few issues alone.

A writer of Western nationals, Thomas W. Arnold explained that it has been brought to the archipelago by Arab traders sehak first century Hijra, long before the historical record. This statement is reinforced by the extensive trade by Arabs in the East since the early days of Islam. [6]

In the Tarikh China, in the year 674 AD, there is a record of an Arab leader who heads the group of Arabs and settled on the west coast of Sumatra. Then based on the similarities shared by the school that they (traders and muhballigh) hold, ie Shafi. At that time the Shafi'i school is dominant school of thought on the beach Corromandel Ibn Battuta and Malabor when visiting the region in the 14th century. [7] In the above statement, Arnold said that Arabia is not the only place of origin of Islam brought, but also of Corromander and Malabar.

Another version presented by Azra quoted some opinions and theories of scholars, most Dutch scholars who hold to the theory that Islam entered the archipelago from the continent of India is not a child Persian or Arabic. The first scholar who proposed the theory is Pijnappel, an expert from Leiden. He attributed the origins of Islam in the archipelago by the Gujarat and the Malabar region. According to him, are the ones who bermazhab Shafi'i who migrated and settled in the territory of India which later brought Islam to the archipelago. [8] This theory was developed by Snoujk Hurgronje

Moquetta, another Dutch scholar, based on the results of research concludes bawha place of origin of Islam in the archipelago is Cambay, Gujarat. He berargument that contained both types of tombstones in Pasai and Gresik show the same type as those in Cambay, India. [9]

Above theories look different, but it has some similarities, namely Islam brought by Arab traders and equally embraced Shafi. The difference is, Arnold said that there is a direct merchant of Arabia and from there Corromander and Malabar, while opinions are quoted Azra explains that these traders are from the Indian subcontinent.

In addition, seminars are held in Medan in 1963, 1978 in Banda Aceh, and on 30 September 1980 in Kuala Simpang Overseas entered the history and development of Islam in Indonesia concluded that Islam entered Indonesia on IH-century directly from Arab lands through Aceh. [10] Later the area was first visited by Islam is the coast of Sumatra. The preachers were other than as a religious broadcaster is also a merchant. Islam in Indonesia and broadcasting is done peacefully. [11]

Several other theories, sec-compiled by Muhammad Hasan al-Idrus two different theories to explain the opposite. The first theory is represented by European scholars who explained that Islam was first brought to Indonesia around the 13th century AD, when Marcopolo stop in North Sumatra in 1292 AD [12]

The second theory, the theory is someone that suggested by some Arab and Muslim scholars, among others Dhiya Muhammad 'Abdullah bin Nuh Syahab and who wrote the book al-Islam fi Indonesia, as well as Alwi Sharif ibn Tahir al-Haddad Malaysia Johor Sultanate a mufti in his book entitled Madkhal ila al-Tarikh al-Islam al-Aqsa Syarqi fis, both rejected the theory put forward by Western scholars who say that Islam arrived in Southeast Asia especially in Malaysia and Indonesia in the 13th century AD they believe that Islam arrived in the 7th century AH, as a new Islamic empire in Sumatra at about the end of the 5th century and the H-6 This they affirmed with some evidence suggests, among other things, the history of the life of a propagator of Islam in Java, namely Sheikh Muhammad Ainul Yaqin (Sunan Giri) son Maulana Islam Uluwwul Makhdum born in 1355 in Java. While his father into Java after the entry of al-Husayn Sayrif king of Carmen in 1316 in Java. After that go Raden Rahmat, a propagator of Islam in East Java in Java in 1316. [13]

One more theory cited by Azra is that Islam has masuik to Indonesia since the 13th century H through the persistence of the wandering Sufis and Islam do ataraktiv broadcasting, especially by emphasizing the compatibility of Islam and the community rather than a change in the practice of local beliefs. They also married the daughter of the ruler at that time to facilitate the development of Islam. Another supporting factor is indeed telaha da tasawwuf as a category in the history of Malay literature, especially in the archipelago at that time. [14]

Indonesia version of the theory to explain that Islam into Indonesia brought by the traders from Persia, Arabia and India through important ports such as ports Lamuri in Aceh, Barus and Palembang in Sumatra century IH / 7 M. [15]

 From some of the above theory can be seen that, in fact there are differences among historians in seeing when and where Islam entered the archipelago for the first time. However, these differences did not exist until mengkaburkan about and development of Islam in the archipelago, as one of the region is predominantly Muslim. 

C. The process of Islamization

Islam spread by peaceful means rather than by force especially with the sword. Islam arrived in tune with local culture, Islam does not make radical changes and sporadic, and even used as a stabilizer aoabila stuasi Islam is experiencing political instability due to a power struggle among some circles. [16] Badri Yatim Candarsasmita quoting as saying that Islam in Indonesia penyeberan conducted in a peaceful manner through the following six ways: [17]

A. Trade.

In the early stages, the trade route is the only way the most probable, because the traffic is already crowded trade since the 7th century until the 16th century AD This path is very advantageous because the kings were also involved in this trading activity, even they are the owner of the ship and stock. Furthermore this pathway becomes more important and strategic as they are in part of the authorities, so the Islamification process is more easily accomplished.

 2. Perkawinan 

From an economic standpoint, Muslim traders have a better status than the majority of the indigenous population, so that the indigenous population and especially the king's daughter interested in becoming the wife of the merchant. Before they married, usually daughters Islamicised first. Once they have offspring, with automatic course muslimpun environment and population expanding until they can form a settlement, so in turn formed the Islamic kingdoms. This path is advantageous because the involvement of the palace and his descendants will speed up the process of Islamization. That is done by Raden Rahmat, or Sunan Ampel with Nyai Manil, Sunan Gunung Jati with Kawungten princess, daughter of UB with a lower Campa Raden Fatah (the first king of the kingdom of Demak).

3. Tasawwuf.

Teachers teach tasawwuf or Sufi religious teachings that have been mixed with the culture of the people know before. The preachers are also proficient in science and medicine kebathinan. By the way, and this pathway, menyeber Islam in a way that touches and gives the impression of peace. Among them was Hamza Fansyuri in Aceh, Sekh Lemang Abang and Sunan Stage in Java.

4. Education.

The spread of Islam is also done through access to education, the schools although in a sense simpler. In boarding schools or cottage, the kyiai and teachers teach and spread the teachings of Islam. Students-students who have completed mandatory studies will come out and spread the teachings of Islam. Conth is like boarding schools established by the Sunan Ampel in Ampel, and Sunan Giri Giri on.

5. Arts.

The spread of propaganda through the arts convey the intention is preaching the teachings of Islam through the arts that have been there and known to be close by the local community. In Java, the main media is a puppet, in this case is one of the Sunan Kalijaga sunan skilled puppet plays, each time the audience wants to watch the show, he asked them to utter the creed, but he did say it was a word for people who will go Islam. Furthermore, in every play that is played, such as the Mahabharata and the other story, that he would insert the name of Islam leaders. Without realizing it, to the audience was introduced to some of the teachings of Islam. This method was very effective, because the audience does not feel compelled to follow the preaching and teaching are disseminated through the media puppet.

6. Politics and Power.

In the islands of Maluku and South Sulawesi, most of the population converted to Islam after the king first, so the role and participation of the king greatly assist the process of Islamization in the area. In the eastern part of Indonesia in Sumatra and Java are many Islamic kingdoms that for the sake of political combat non-Islamic empire. The six lines used by the bearer of Islam as if seen riding on the sidelines of an institution that has been known by local people, either through the arts and cultural community.

On the other hand, it turns out the media and this pathway has a weakness, namely the difficulty to distinguish between the teachings of Islam with a story or fairy tale puppet given. But at the moment, this is the most likely and most effective, because it would be very difficult to introduce a new religion of Islam as a religion to people who already have other religious beliefs, especially their belief that it is already highly institutionalized and is down- generations. Adapaun several factors that encourage the development of Islamic societies are as follows:
  • good relationship between the merchant carrier of Islamic teachings with government or local authorities.
  • merchants that do not interfere in political affairs.
  • Muslim merchants were first put into practice the teachings of his religion to himself in interacting with the community.
  • there is no coercion in proselytizing.
  • some privileges of Islam than Hinduism and Buddhism and other religions embraced by the local community. [18]
  •  These factors have attracted local penchant for embracing Islam willingly, in addition to the merchants that compaction of the cluster of islands of the archipelago did not bring their wives or they did not have a wife. This then encourages them to marry native women, and of course their wives are going to convert to Islam, as such, and they will multiply the descendants of the Muslims in the area.
Another similar opinion suggests that at least three determinations accelerate the spread of Islam in Indonesia.

The first is that it teaches monotheism of Islam, this was a new doctrine that is diametrically opposed to public relations as it is a caste system of Hinduism. In addition, Islam also teaches egalitarian (justice), equality and the principle of rationality. Islam never ordered anything that is beyond the reach of its adherents. The second is the flexibility of the teachings of Islam itself, in other words, that religion was a codification of universal truths. For example, there is something that has evolved in society, then Islam will not change spontaneously. But when it is against the teachings of Islam, then this is done the process of Islamization. The third is that Islam is ultimately used against the outer expansion upon them. [19] 

D. Samples Islam Nusantara Empire and achievements.

APRA presence of Muslim traders, they hang out and get married in the end led to the Muslim community and the township at that time. One factor that strengthens the relationship of a community with other communities when it is a common religion. Real form of the relationship is continued propaganda activity they do together. As dilakuka by Fadhilah Khan who came from Pasai to Demak to extend power to the Sunda Kelapa. This condition will certainly give birth to a new society.

 In the political field at that time, the religion of Islam serve as a shield to strengthen itself from the kingdoms of non-Muslims, especially the threatening economic and political fields. Conditions is then encouraged the establishment of Islamic kingdoms in the archipelago. [20] Some of the Islamic empire in Nusantarapun stand, as follows: 

A. Pasai Ocean.

In Sumatra, the Indian empire stood Pasai the first Islamic kingdom in the archipelago. The kingdom is estimated to stand at the beginning or middle of the 13th century AD, as a result of the process of Islamization in coastal areas ever visited by traders, merchants Muslims since the 7th century onward. [21] developed by the Royal Ocean fleet Pasai the sea is big for a moment, which is necessary to monitor the trade in the region. Supervision of trade is the kingdom of the joints, because this is the kingdom of the field to get funds.

Trade is the basis for the relationship between Malacca, China and India as it has made the Indian empire Pasai become a famous and influential empire in Southeast Asia, especially in the 14th century and 15 M. With this condition also can develop Pasai Ocean kingdom teachings of Islam to other areas in the archipelago. In the 14 th century AD, even this kingdom at the center of Islamic study. [22]

2. Kingdom of Aceh Darussalam.

The kingdom is located in what is now known as the Aceh Besar district. Less known when sebanarnya kingdom stands. Anas Mahmud argues that the kingdom of Aceh was founded in the 15th century AD after the fall of the Shah Lamori by Muzaffar (1465-1497 AD), she who built the city of Banda Aceh Darussalam. [23]

 According to Anas, in the reign of Muzaffar Shah, the kingdom of Aceh Darusslam progress in the field of trade, because the Muslim merchants based in Malacca move the center of their activity to the province once occupied by the Portuguese Malacca in 1511 AD Aceh kingdom's heyday occurred in the reign of Sultan Iskandar Muda (1608-1637 AD). During his reign, the kingdom controlled the whole eastern coast of Aceh and West Sumatra. 

Aceh kingdom then ruled by Iskandar Thani who replaced Iskandar Muda. In the few years of his reign, the kingdom of Aceh had been developed in the field of religion. Aceh Darussalam king's death was followed by some disaster, so ahead of the 18th century AD, the sultanate of Aceh had no significant effect. [24]

3. Other royal kingdom.

While on the island of Java is known as a royal standing royal Demak, Sultanate Pajang, Mataram, Cirebon and Banten. While in Borneo Banjar kingdom stands, Kutai in East Kalimantan dab so on. [25]

Demak kingdom is the first Islamic kingdom in Java. Is the first king Raden Fatah. In the run the government, Raden Fatah assisted by some scholars and saints. In the reign of the sultan's third Demak the Sultan Trenggono, Islam began to be developed throughout the island of Java. After Sultan Trenggono killed, he was succeeded by his brother Sunan Prawoto who later killed by Aria Panangsang. Thus ended the kingdom which was later replaced Demak Pajang kingdom under the rule of a successful kill Jake Tingkir Aria Panangsang. [26]

F. Conclusion.

There is some disagreement among scholars about when and where Islam first entered the archipelago. However, the majority of them agree that bringing Islam to the archipelago for the first time is the merchant, though they do not have the same view about the origin of these traders.

Islam in the archipelago is spread in various ways. Some of the main lines of the spread of Islam to do with riding the containers which have been known by local people in the community. Some of the media propaganda that the arts category were memmpunyai weakness where the community is difficult to distinguish the teachings of Islam with the material or performance Dongen alone. This is what makes some of the teachings of Islam mixed with traditional in some areas especially in Java. Entered Islam through peaceful preaching and systems approach to civic culture and existing systems.